Yukkk, Bermain Permainan Tradisional Saat Seollal?

BUDAYA jika tidak dilestarikan atau dirawat tentu saja akan luntur bahkan hilang. Begitupun dengan permainan tradisional. Ketika sekarang anak-anak lebih mengenal dan tertarik pada permainan virtual pada gadget mereka, permainan tradisional menjadi tersisihkan. Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, mungkin juga di Korea Selatan. Seperti Indonesia, Korea Selatan juga kaya dengan permainan tradisional. Negeri yang juga menjunjung tinggi nilai budaya ketimuran ini memiliki berbagai macam permainan tradisional yang masih dilestarikan dan dimainkan pada saat-saat tertentu di tengah era kecanggihan teknologi seperti sekarang. Misalnya pada saat perayaan hari raya Imlek atau dalam bahasa Korea disebut Seollal.

Tahun 2015 ini, Seollal jatuh pada tanggal 19 Februari dalam kalender Gregorian. Liburan ini dirayakan selama tiga hari berturut-turut, mulai dari tanggal 18 Februari sampai 20 Februari. Selama liburan ini, sebagian besar masyarakat Korea pergi mengunjungi keluarga dan sanak saudara di kampung halaman mereka. Karena bagi masyarakat Korea, Seollal bukan hanya kesempatan untuk memberikan penghormatan kepada nenek moyang, tetapi juga merupakan kesempatan untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga.
Adapun, selain melakukan ritual tradisi yang masih melekat, sejumlah permainan tradisional disana tak luput turut meramaikan perayaan. Berbagai festival pun digelar untuk mempertunjukan permainan tradisional Korea. Lalu apa saja permainan tradisional Korea yang masih dilestarikan?
Neolttwigi
Permainan Neolttwigi
Pernah main jungkat-jungkit? Aahhh saya yakin pasti pernah, waktu duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) atau sekolah dasar (SD) pasti kalian pernah menjajalnya. Akan tetapi, kalau biasanya memainkan permainan ini sambil duduk, di Korea permainan sekaligus olahraga ini dimainkan dengan cara berdiri di atas papan.
Hahaha..lebih mainstream bukan? Dan yang bikin makin mengejutkan, permainan ini umumnya dilakukan oleh para perempuan disana pada hari-hari libur tradisional. Sebut saja saat, Seollal, Dano, atau Chuseok. Jadi cara memainkannya, papan kayu dengan panjang 2meter dan lebar kurang lebih 70cm ditaruh diatas tumpukan jerami. Kemudian, pemain berdiri di ujung papan dan bergiliran melompat untuk memberikan tenaga lontaran. Agar papan tetap stabil harus dijaga supaya tidak bergeser dari alas jerami.
alat untuk bermain Neolttwigi
alat untuk bermain Neolttwigi
Saya jadi ingat saat menonton drama ‘’Sassy Girl Chun-Hyang’’ yang mana dilakoni oleh Seong Chun Yang (Han Chae Young) memanfaatkan permainan ini untuk melompat keluar dari Gwanghallu Garden, Namwon saat dikejar petugas keamanan disana.
Usut punya usut ternyata permainan ini telah dimainkan sejak zaman kuno sebagai olahraga militer. Pada masa sebelum periode Dinasti Joseon, wanita lebih bebas dan sangat aktif. Permainan ini dimanfaatkan sebagai latihan untuk persiapan perang. Di awal periode Joseon, duta besar Ryukyu sering berkunjung ke Korea dan mengadopsi Neolttwigi di negeri mereka.
Yutnori
Permainan Yutnori
Permainan Yutnori
Yutnori atau Yunnori merupakan permainan yang sangat populer di Korea. Permainan ini kerap dimainkan oleh keluarga Korea dari segala usia mulai anak-anak hingga orang tua pada berbagai festival disana, termasuk saat Seollal. Selain pada Seollal, permainan tradisional ini juga dimainkan saat bulan purnama pertama di Korea. Namun tidak saat itu saja, sebab permainan ini bisa dimainkan kapanpun.
Nah, untuk memainkannya cukup butuh empat batang kayu (Yut) yang mana setiap batang kira-kira panjangnya 6 inci dan lebar 1 inci dengan memiliki sisi datar dan melengkung. Kemudian, jangan lupa papan permainan yang terdiri dari diagram lingkaran yang digambar diatas tikar.
perlengkapan bermain Yutnori
perlengkapan bermain Yutnori
Permainan ini dapat dimainkan oleh dua orang atau dua tim secara bergiliran. Caranya, masing-masing harus melempar Yut sebanyak 2-3 kali dan membiarkan ke empat batang kayu itu jatuh diatas tikar. Serunya, setiap pemain yang melempar Yut di papan permainan harus sambil berteriak, dan hasilnya dicatat dengan mengajukan sebuah tanda di sekitar lingkaran dalam perlombaan untuk mencapai ’’Home’’ terlebih dahulu. Hasil ”empat datar” atau ”empat putaran” memberikan hak pemain untuk melempar blok sekali lagi. Tim yang keempat yang mencapai terlebih dahulu adalah pemenangnya.
Jegichagi
Kelihaian menggerakkan kaki sangat dibutuhkan saat memainkan permainan tradisional ini. Lazimnya permainan ini dilakukan di luar ruangan. Adapun alat yang dibutuhkan adalah Jegi, yaitu benda berbentuk seperti shuttlecocks atau bola bulutangkis hanya saja ini terbuat dari koin kecil, kertas, dan kain.
Jegi, perlengkapan bermain Jegichagi
Jegi, perlengkapan bermain Jegichagi
Saat musim dingin atau Seollal, anak-anak pergi ke luar rumah untuk bermain Jegichagi baik sendiri atau dengan teman-temannya. Nah untuk memainkannya, pemain menendang jegi ke udara dan terus menendang agar tidak jatuh ke tanah. Pemain dengan tendangan paling banyak secara berturut-turut akan menang.
Permainan Jegichagi
Permainan Jegichagi 
Dalam pertandingan grup, para pemain berdiri membentuk lingkaran, dan bergiliran menendang Jegi tersebut. Jika Jegi jatuh ke tanah otomatis pemain gagal, namun mereka masih mendapat kesempatan kembali untuk menendang Jegi. Ketika yang kalah menangkap kembali jegi dengan tangan atau ujung penalti maka ia dapat bergabung kembali ke permainan. Meskipun Jegichagi umumnya menjadi sebuah permainan yang dimainkan pada musim dingin, namun sekarang permainan ini telah menjadi permainan sepanjang tahun.
Tuhonori
Permainan Tuhonori
Permainan Tuhonori
Buat yang sering menonton drama Korea, khususnya drama saeguk atau sejarah/kolosal pasti sudah bisa membayangkan bahkan pernah melihat permainan ini. Ya, permainan tradisional dengan cara melemparkan anak panah atau tongkat yang panjang ke dalam sebuah tempayan atau lubang dari jarak yang jauh seperti itulah Tuhonori atau Tuho dimainkan.
alat bermain Tuhonori
alat bermain Tuhonori
Permainan Tuho pada zaman dahulu sangat populer di istana, dan dimainkan oleh orang-orang tua, anak-anak dari lingkungan bangsawan ataupun rakyat jelata. Jadi ingat kan ketika pangeran Lee Hwon (Yeo Jin Goo) memainkan Tuho di drama ‘’The Moon Embracing The Sun’’?
Pada saat ini, permainan Tuho masih dilestarikan oleh warga Korea, khususnya pada hari-hari libur tradisional seperti Seollal masyarakat bahkan wisatawan masih bersama-sama bermain permainan tradisional ini.
Adapun alat yang digunakan untuk memainkannya adalah anak panah yang matanya dicat dengan warna merah atau biru. Anak panah dapat bervariasi dalam ukuran panjang dan bentuk. Pemain diberi sejumlah anak panah. Jarak melempar panjangnya 2,5 ukuran anak panah. Siapa yang dapat melempar tepat sasaran dengan jumlah yang paling banyak ke dalam lubanglah yang menjadi pemenang.
Paengchigi
Paengchigi (bermain gasing)
Paengchigi (bermain gasing)
Bermain Gasing, tentu saja ini bukan hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Permainan tradisional ini ternyata juga ada di Korea. Gasing atau Paeng istilahnya di Korea adalah permainan populer, khususnya bagi anak laki-laki. Saat musim dingin yang mana banyak dataran membeku menjadi media untuk memutar Gasing.
Paeng atau Gasing
Paeng atau Gasing
Paeng (gasing) dibuat dari potongan kayu keras seperti cemara dan dibentuk kerucut. Kemudian untuk mempercantik biasanya pada sisi-sisi dilukis dengan gambar-gambar berwarna warni seperti lambang taegeuk merah-biru. Sebagai pemutar, benang yang dililitkan di sekelilingnya terbuat dari sutera yang panjangnya 50 cm. Gasing yang diukir dengan kerucut yang sempurna akan berputar lebih lama karena seimbang posisinya.
Anak-anak seringkali saling beradu main gasing. Kegiatan ini dinamakan Paengissaum (lomba main gasing) dimana mereka saling beradu memutar gasing terlama, memutarnya ke jarak terjauh, saling menubrukkan sampai salah satunya jatuh dan sebagainya.
Yeonnalligi
Yeonnalligi
Yeonnalligi
main16Bermain layang-layang juga tentu tidak asing bagi anak-anak di Indonesia, saat musim kemarau dengan angin yang sepoi-sepoi mereka berlari ke tanah lapang untuk memainkan permainan tradisional itu. Begitupun dengan orang Korea, pada saat Seollal dan hari bulan purnama pertama (Jeongwol Daeboreum) mereka juga bermain layang-layang.
Layang-layang Korea
Layang-layang Korea
Hanya saja yang membuat unik dan berbeda, di atas layang-layang mereka menulis ucapan “kesialan pergi, keberuntungan datang” untuk diterbangkan. Harapannya sepanjang tahun tersebut kehidupan mereka akan selalu dipenuhi oleh keberuntungan. Kompetisi layang-layang adalah permainan yang paling populer. Dalam permainan ini, kedua pihak yang bertanding, saling berusaha untuk mengalahkan dengan cara memutus tali layangan lawannya.
Ternyata masih banyak kan permainan tradisional baik dari Korea dan Indonesia yang dapat dikenalkan kepada anak-anak di zaman gadget seperti sekarang ini. Kalau begitu yukkk ajak anak-anak bermain permainan tradisional sekaligus mengenalkan budaya tanah air mereka??? Agar generasi bangsa ini tidak kehilangan masa kanak-kanak yang ternyata lebih menyenangkan dibandingkan berjibaku dengan smartphoneatau tablet mereka. ^^
Sumber dan Credit Photo:
– http://my-everlastingfriends.blogspot.com/2010/09/traditional-games-from-korea.html
– korea.panduanwisata.id
– wikipedia.org
– visitkorea.or.id

0 comments