Satu Meja Makan Disantap Bersama
-Kuliner dan Tata Cara Makan di Korea (1)
KOREA yang kita tahu mungkin hanya sebatas
drama, fashion, smartphone, musik dan tarian K-Pop. Akan tetapi, kalau kita mau
mengenal lebih jauh dan memahami masyarakat Korea lebih dalam lagi, banyak hal
yang menarik dari negeri tersebut.
Saya yang
kini masih bercita-cita pengen pergi ke negeri impian itu terus saja penasaran
dengan budaya dan kehidupan masyarakat disana. Sepertinya, tidak cukup hanya menikmati
keindahannya dari foto atau membaca ulasan berita dan artikel tentang negeri
empat musim itu. Salah satu hal yang membuat saya ingin tahu dan pelajari
secara nyata, yaitu kuliner dan tata cara makan di Negeri Ginseng itu.
Beruntunglah,
saya kenal dengan pemilik restoran Korea di Kota Semarang, Seoul Palace Korean
Restaurant yang legendaris dan tetap eksis hingga sekarang, Ibu Benita Eka
Arijani. Perkenalan saya dengan beliau tentu saja karena kami memiliki minat
yang sama terhadap kebudayaan Korea. Dengan kebaikan dan ketulusan hatinya, perempuan
yang memiliki bakat memasak seperti Dae Jang Geum ini mau berbagi ilmu dan
pengalaman tentang kuliner dan tata cara makan di Korea.
Setelah
janjian, akhirnya minggu lalu saya berkunjung ke restoran yang berlokasi di Jl
Pandanaran 109 Semarang. Begitu mau masuk ke restoran saya sudah disambut
dengan senyuman hangat karyawan yang mengenakan pakaian khas Korea, yaitu
Hanbok. Kemudian Bu Benita yang akrab disapa Bu Ben itu sudah menunggu saya di
sebuah meja. Kebetulan sekali, awal bulan September 2015 ini Seoul Palace baru
saja meluncurkan menu makanan baru. Tidak pakai lama, tiga menu baru
dikeluarkan Bu Ben di sela-sela kami bercerita tentang kuliner dan kebiasaan
makan masyarakat Korea.
Yook Soo Bulgogi |
Menu pertama
yang sekaligus teranyar dari Seoul Palace adalah Yook Soo Bulgogi, makanan ini
memang baru pertama kali saya dengar dan rasakan. Maklum, selama ini saya hanya
tahu Bibimbap (Nasi Campur Korea), Sundubu Jjigae (Sup Tahu Korea), dan Kimchi
(Sayur Fermentasi Korea). Bulgogi, sebelumnya saya memang pernah menyantap,
tetapi menikmati Yook Soo Bulgogi baru kali ini. Pada prinsipnya proses
mengolah hidangan ini memang tidak beda saat hendak menyajikan Bulgogi, yakni
daging has dalam yang diiris tipis-tipis direndam terlebih dahulu dengan kecap
asin Korea, gula jagung, bawang putih, minyak wijen, lada, dan parutan buah
pir. Namun bedanya, kalau Bulgogi umumnya kemudian dipanggang di atas
panggangan baja, Yoo Sook Bulgogi menggunakan piranti memasak yang lain. Alat
yang digunakan adalah sejenis panci dari baja yang diatasnya berlubang-lubang
seperti parutan, tetapi dibawah berbentuk cekungan sebagai tempat kuah kaldu.
Alat Memasak Yook Soo Bulgogi |
Ya, sebut saja makanan ini Bulgogi berkuah. Cara makannya, kuah kaldu sapi yang
berbumbu dituang terlebih dahulu, lalu daging yang sudah direndam ditata di
atas panggangan yang berlubang bersama bawang bombay dan jamur kancing. Setelah
matang, dapat dinikmati dengan nasi atau mie. Rasanya segar, gurih, manis
karena terjadi pertemuan (ah ciyeee…) kuah kaldu hangat dengan daging sapi yang
lembut dan sangat empuk. #glek *nelanludah
Daging yang diiris tipis ditata di atas pan baja |
Seporsi dari
Yook Soo Bulgogi seharga Rp 69.000 ini cukup banyak dan bisa disantap untuk 2-4
orang. Menurut Bu Ben, sangat biasa jika setiap menu makanan Korea porsinya
banyak. Sebab, disana memang sudah tradisi berbagi makanan dengan keluarga,
kolega kantor, atau teman-teman. Bahkan, para pelanggan dan tamu Seoul Palace
juga melakukan hal tersebut.
cesss...cesss...cesss...so juicy! |
‘’Sehingga, jangan heran kalau sumpit atau sendok makan mereka masuk bersama di dalam satu tempat makanan. Mungkin, kalau disini (Indonesia) kadang harus memisahkan sendok makan dengan sendok sayur atau lauk pauk, tetapi disana tidak. Sebab, itulah bentuk kebersamaan mereka jika duduk dalam satu meja untuk makan,’’ ungkapnya yang sudah 27 tahun menekuni bisnis kuliner Korea.
Yook Soo Bulgogi menunggu disantap bersama-sama |
Namun, kata
dia, ada juga tamu (orang kita sendiri) yang protes saat kami menyajikan
hidangan dalam satu wadah untuk dinikmati bersama.
‘’Tamu kami bilang, ini kan
di Indonesia bukan di Korea, masak makanannya diambil di satu tempat. Meski begitu,
kami pun tetap melayani sesuai permintaan pelanggan,’’ tutur ibu dua anak ini.
Budaya yang
berbeda dari cara makan saja sudah membuat Korea ini unik. Selain kebersamaan
berbagi makanan, Korea yang masih menjunjung ajaran konfusianisme ini juga
sangat mengutamakan tradisi dan etika saat bersantap. Salah satunya dengan
menghormati orang yang usianya lebih tua ketika makan bersama.
‘’Orang yang
lebih muda dilarang mengambil makanan duluan sebelum orang yang lebih tua
mengambil makanan. Begitupun saat mengakhiri makan, jika orang tua sudah
menyelesaikan makan yang muda juga harus berhenti makan. Dan saat makan, jangan
sampai menolak apa yang diberikan orang tua saat makan bersama. Bahkan,
meskipun kamu sudah kenyang,’’ jelasnya.
Adapun saat
minum makgeolli (arak beras tradisional) atau soju, antara yang tua dan yang
muda tidak boleh saling berhadapan. Etikanya, yang lebih muda harus menolehkan
kepalanya (seperti buang muka) dari orang tua. Hahaha…adegan seperti ini sering
saya lihat di drama Korea. Walau sudah mabuk pun, kalau orang yang lebih tua
belum selesai minum yang muda tidak boleh berhenti minum.
Selain itu
aturan lain dalam santap bersama khususnya secara formal, makan tidak boleh
bersuara atau sambil berbicara. Misalnya, saat menyeruput kuah sup atau mie,
lalu dilarang berbicara dalam keadaan mulut penuh, dan jangan sampai
mengacak-acak makanan dengan sumpit atau sendok.
Ttukbaegi Bulgogi (Sup Bulgogi) |
Menyantap
hidangan Korea terbaru dari Seoul Palace pun masih berlanjut. Berikutnya,
pelayan rumah makan Korea pertama di Semarang ini menyajikan Ttukbaegi Bulgogi.
Jika diartikan Ttukbaegi adalah belanga panas, sedangkan Bulgogi adalah daging
yang dipanggang. Maka apabila keduanya digabung hidangan ini bisa disebut Sup
Bulgogi. Dalam seporsi sup yang disajikan dengan mangkok tanah liat yang masih
panas ini terdiri atas, irisan daging, jamur, wortel, daun bawang dan soun.
Siap disantap selagi hangat |
Rasa
masakan ini tidak pedas, lebih cenderung manis karena berasal dari bumbu
perendam daging yang dimasak sekaligus dengan bahan lain lalu diberi air agar
berkuah. Hidangan ini sangat segar dan tetap hangat hingga kita selesai menyantapnya.
Untuk menikmati sesuai selera saya, tidak perlu pakai nasi karena karbohidrat
pada masakan ini sudah diwakili oleh soun atau mie beras yang kenyal dan
mengenyangkan. Seporsi Ttukbaegi Bulgogi seharga Rp 69.000 ini bisa disantap
oleh 2-3 orang.
Masitge deuseyo, selamat menikmati Sup Bulgogi^^ |
Keunikan
makan dengan tata cara Korea memang tidak berhenti pada satu atau dua makanan
saja. Selain makanan utama, terkadang di meja makan masih ada hidangan
pendamping. Ya, meski sudah ada sejumlah Bachan (makanan pendamping), makanan
lain pun bisa saja masih disajikan. Seperti menu ketiga dari Seoul Palace,
yaitu Dak Tuk Gim.
Dak Tuk Gim |
Hidangan pendamping yang dihargai Rp 49.000 ini bisa disantap
di awal atau di akhir makan utama. Menu ini merupakan ayam goreng tepung yang
disajikan dengan saus cocol. Jangan bayangkan saus yang digunakan untuk
mencocol itu saus cabe atau tomat botolan.
Bisa buat makanan pembuka atau makanan penutup |
Sebab, ayam fillet yang bersalut
tepung dan digoreng hingga krispi ini disantap dengan menggunakan saus terbuat
dari Gochujang (pasta cabai Korea). Saus tersebut rasanya cenderung asam dan
manis dengan citarasa khas Negeri Ginseng. Sementara untuk menikmatinya memang
kurang asyik kalau sendirian, lebih baik bersama 2 atau 3 orang teman atau
kerabat.
Saus pasta cabai menjadi pendamping ayam goreng tepung ala Korea |
Jadi begitulah pengalaman saya menyerap ilmu
tentang kuliner dan tata cara makan Korea dari pakar kuliner Korea sekaligus
ratu dapur Seoul Palace Korean Restaurant Semarang Ibu Benita Eka Arijani.
Masih ada dua tulisan lain yang ingin saya ulas tentang tema yang sama. Semoga
tidak bosan ya??? Serta tetap sehat, jalan-jalan, dan makan-makan.
Gamsahamnida^^
0 comments