‘'Apaaa, ada organ
tubuh sapi di nasi goreng?!’’ ucap teman saya Song Young Kwan dari Korea Selatan.
Dalam perbincangan kami yang tengah membahas kuliner, dia terkejut ketika saya
bercerita tentang keunikan Nasi Goreng di Kotaku yang menggunakan organ tubuh
sapi sebagai lauknya. Sebelumnya, Song bercerita sangat menyukai nasi goreng
Indonesia. Setiap kali singgah di negeri ini untuk urusan bisnis, dia selalu tak
lupa menyantap nasi goreng untuk sarapan, makan siang, atau makan malam.
‘’Nasi goreng Indonesia enak sekali, rasanya beda, kaya rempah dan sangat spesial. Tapi saya penasaran dengan nasi goreng di kotamu, nanti kalau berkunjung ke Semarang saya akan cicipi nasi goreng yang dicampur dengan organ tubuh sapi itu,’’ tutur Song.
Nasi goreng khas
Semarang yang dijajakan dari kelas gerobak hingga restoran memang memiliki keunikan.
Ciri khas yang menonjol, yaitu memakai organ tubuh sapi atau kerap dikenal
dengan jeroan. Memang terdengar ekstrem menyebut bahan itu, lalu membayangkan
seluruh isi dalam tubuh sapi tercampur di wajan bersama nasi dan bumbu-bumbu
hingga terhidang menjadi kuliner favorit nusantara yang mendunia itu.
Penasaran
ingin mencicipi atau justru mundur teratur, karena khawatir jeroan yang
digunakan untuk campuran nasi goreng akan mendatangkan penyakit kolesterol atau asam
urat? Tenang, penyakit itu datangnya tidak melulu dari makanan, tapi dari hati
dan pikiran. #BerpikiranPositif #NikmatiHidup
Lokasi Nasi Goreng Pak Bandi di Semarang/@anggundiary |
Jika ingin
merasakan kelezatan nasi goreng Semarang, kalian bisa mampir ke Nasi Goreng
Babat Pete Pak Bandi di Jalan Ahmad Dahlan Semarang atau tepatnya di depan
Rumah Sakit Telogorejo (Semarang Medical Center). Lokasi tersebut berada di
pusat kota dan tidak jauh dari Lapangan Simpang Lima. Sepiring nasi goreng
dengan jeroan yang melimpah bercita rasa khas kota ATLAS disajikan disana. Kita
bisa memilih jeroan apa saja yang ingin dicampur ke dalam nasi goreng.
‘’Semua jeroan sapi, mau babat, usus, paru, limpa, ginjal semua ada. Mau babat saja, usus saja, atau campur semua jeroan bisa,’’ kata Subandi (41), pemilik warung nasi goreng khas Semarang yang sudah berjualan sejak tahun 2006 itu.
Favorit saya nasi goreng pedas pakai usus dan paru plus telur dadar. Setelah tahu pesanan pembeli, dengan
cekatan Pak Bandi segera meracik dan memasak nasi goreng.
Berbagai macam jeroan dipotong-potong untuk campuran nasi goreng/@anggundiary |
Jeroan yang sudah direbus dipotong-potong dan digoreng di minyak panas. Cara itu dilakukan untuk menghilangkan bau amis jeroan, walaupun sebelumnya jeroan sudah direbus berjam-jam.
Setelah itu, minyak untuk menggoreng diganti dengan yang baru dan
bawang merah serta bawang putih yang dipotong kasar dimasukkan ke wajan.
Jeroan ditumis dengan bumbu sebelum nasi dimasukkan ke wajan/@anggundiary |
Tercium aroma harum
dari bawang merah dan bawang putih saat bertemu minyak panas. Selanjutnya, bumbu
sambal, kecap, dan nasi putih dimasukkan. Tidak lupa juga ditambahkan lada dan
garam sebagai pelengkap rasa, lalu semua bahan yang sudah masuk di penggorengan
dicampur serta terus diaduk hingga meresap dan matang.
Proses memasak nasi goreng Semarangan/@anggundiary |
Untuk menyajikan
nasi goreng Semarang ada sesuatu yang khas. Penjualnya tidak langsung menaruh
nasi goreng diatas piring, tapi piring dialasi dengan daun pisang terlebih
dahulu. Cara ini untuk memunculkan aroma yang semakin menggugah selera ketika nasi
goreng yang panas bertemu dengan daun pisang yang alami dan tradisional.
Daun pisang diatas piring sebagai alas nasi goreng/@anggundiary |
Nah, ingin tahu
seperti apa cita rasa nasi goreng Pak Bandi? Ya, seperti nasi goreng Semarangan
yang sudah akrab dengan lidah saya sejak kecil. Hampir mirip dengan nasi goreng
buatan nenek dan ibu saya yang memang asli Semarang. Nasi yang mengkilap
berwarna kecokelatan karena telah dimasak dengan tanek atau matang penuh dan memiliki rasa gurih manis dari kecap.
Rasa itu pun menyatu dengan lauk jeroan yang empuk dan kenyal yang tercampur
didalamnya. Suap demi suapan nasi goreng yang masuk ke mulut meninggalkan rasa
nikmat yang tak lekang. Apalagi, porsi jeroan yang melimpah, hingga suapan nasi
terakhir pun masih ada yang tersisa.
Penyajian Nasi Goreng Pak Bandi di Semarang/@anggundiary |
Untuk menciptakan
rasa seperti itu, lelaki asal Tuban Jawa Timur yang sudah memiliki jam terbang lebih
dari 20 tahun meracik dan memasak nasi goreng itu berbagi rahasia.
‘’Biar rasanya tidak langu atau beraroma mentah, bumbu sambalnya saya masak terlebih dahulu. Komplit, ada bawang putih, bawang merah, kemiri, cabai, dan lainnya. Disamping, bawang merah dan bawang putih yang ditumis. Intinya, kalau ingin masakan enak jangan pelit bumbu,’’ tuturnya.
Kecap asli Semarang, penyempurna masakan nasi goreng/@anggundiary |
Maka, tidak heran jika
warung Nasi Goreng Babat Pete Pak Bandi tidak pernah sepi pengunjung. Bahkan
jika sedang ramai-ramainya, Pak Bandi harus menyiapkan meja kursi tambahan di
luar warung. Untuk melayani pembeli dari pukul 17.00-23.00 WIB, sebanyak 27 kg
beras habis dimasak.
Subandi (41 tahun) sedang memasak pesanan pembeli/@anggundiary |
Terkait harga juga cukup terjangkau, sepiring nasi goreng
babat hanya dipatok Rp 16.000. Kalau ingin nasi goreng babat tambah telur dadar
atau ceplok hanya perlu merogoh kocek Rp 20.000. Sedangkan, bagi penggemar nasi
goreng babat pete cukup siapkan uang Rp 24.000. Sebagai teman makan nasi goreng
disediakan kerupuk, acar, dan irisan kol mentah gratis dan bisa tambah sesuka hati.
menyajikan nasi goreng/@anggundiary |
Pak Bandi juga
melayani para penggemar nasi goreng Semarangan yang tidak suka dengan jeroan.
Dia menyediakan nasi goreng ayam atau nasi goreng telor dengan harga yang
sama-sama terjangkau. Semua permintaan pembeli selalu dilayani Pak Bandi agar
mereka kembali.