Korean Spring Culinary
NGOMONGIN soal makanan memang tidak ada habisnya.
Apalagi, bagi saya pribadi yang susah membedakan antara doyan atau lapar saat
melihat makanan.#ConfessionOfFoodLover
Ngobrolin soal makanan lagi nih, di Korea
Selatan yang saat ini tengah memasuki musim semi ternyata juga memiliki
menu-menu kuliner favorit. Adapun, santapan yang dikonsumsi orang Korea
merupakan menu makanan yang dapat menjaga stamina kesehatan sepanjang tahun.
Sejumlah hidangan pun dicari oleh masyarakat Negeri Kimchi untuk disantap
sambil menikmati suasana bunga-bunga bermekaran. Apa saja kuliner favorit
masyarakat Korea saat musim semi?
Jukkumi
Jukkumi |
Jika
Sannakji adalah sajian bayi gurita mentah, Jukkumi (Ocellatus) adalah
sajian bayi gurita yang dimasak dalam berbagai menu. Sesuai ukuran, Jukkumi
lebih kecil dibandingkan gurita pada umumnya, yakni berukuran 10-20 cm. Nah,
mengapa hidangan dengan bahan dasar bayi gurita ini dicari oleh masyarakat
Korea saat musim berbunga seperti sekarang? Karena pada saat musim semi,
Jukkumi berkembang dengan maksimal dan menghasilkan rasa terbaiknya dimana
bagian kepalanya penuh dengan telur. Telur-telur itu lah yang menjadikan
Jukkumi sangat nikmat. Bentuk telur tersebut memiliki ukuran dan warna yang
hampir sama dengan nasi, namun memiliki rasa yang lebih gurih dan lezat.
Agar semakin nikmat Jukkumi dapat diolah menjadi
berbagai macam hidangan, seperti;
Jukkumi Samgyeopsal Bokkeum / credit : flickr.com |
Jukkumi Samgyeopsal Bokkeum, hidangan ini mencampurkan bayi gurita dengan perut babi panggang
(samgyeopsal). Lalu, bahan dasar itu disajikan dengan
kue beras atau tteokpokki dan disiram kuah pedas. Menu makanan ini sih jelas
tidak disarankan bagi muslim yang ingin menikmati Jukkumi karena mengandung
babi.
Jukkumi Shabu-shabu / credit : dailymoslem |
Akan tetapi, menu Jukkumi Shabu-shabu bisa menjadi pilihan lain
bagi yang mencari menu halal. Untuk menikmati hidangan ini, cukup dengan cara
mencelupkan bayi gurita ke dalam cuka atau saus cabai merah. Ada pula yang
mengolah Jukkumi dengan cara dibakar, atau dihidangkan dengan kuah dalam air
kaldu sayuran agar teksturnya lebih lembut. Kaldunya sangat gurih dan tidak
terlalu pedas. Jadi masih bisa dicicipi bagi yang tidak suka dengan makanan
pedas. Jukkumi shabu-shabu juga bisa di tambahkan mie sebagai pelengkapnya.
Dari hidangan ini, masyarakat Korea meyakini
bahwa Jukkumi dapat menghilangkan rasa lelah pada tubuh. Jukkumi juga kaya akan
kandungan lemak jenuh seperti DHA yang dapat menurunkan kadar kolestrol, jadi
hidangan ini juga baik dikonsumsi bagi anda yang sedang menjalani program diet.
Oh ya, jika ingin menikmati Jukkumi dan
kebetulan sedang di Korea, bisa datang ke Muchangpo Mystic Sea RoadJukkumi and Dodari Festival di Muchangpo Port and Beach Area,
Chungcheongnam-do.
Daege
Hidangan Kepiting Raja, Daegejim / credit : daegejim.com |
Datangnya musim semi memang tidak
hanya ditandai dengan tanaman yang tumbuh maksimal. Akan tetapi, melimpahnya
hasil laut. Sehingga, sangat tepat untuk menikmati sajian makanan laut, salah
satunya Kepiting.
Daege merupakan Kepiting
Raja yang diolah menjadi Daege-jjim. Kebanyakan kepiting raja yang
ukurannya besar-besar ini ditangkap di lepas pantai timur di Korea. Adapun,
dinamakan kepiting raja, karena dulu makanan yang sangat lezat ini disajikan
secara khusus kepada raja selama perjamuan kerajaan.
Daege
adalah kuliner kebanggaan dari Gyeongsangbuk-do. Khususnya di Yeongdeok yang
terkenal sebagai Kota Kepiting. Daege terkenal sebagai salah satu jamuan di
kerajaan yang sangat lezat. Selain itu Daege memiliki kandungan protein dan
kalsium yang tinggi, sehingga sangat baik untuk masa pertumbuhan anak.
Banyak juga yang meyakini bahwa telur kepiting
tinggi akan asam nukleis yang bermanfaat sebagai makanan untuk mencegah penuaan
dini dan bagus untuk kulit. Orang korea biasa mengolahnya dengan mengisi olahan
daging kepiting yang disebut “crab butter” ke dalam cangkangnya, lalu di tim
hingga lunak.
Setiap tahunnya, daerah Yeongdeok dan Uljin di Gyeongsangbuk-do
menggelar festival kepiting raja, yaitu Uljin Snow Crab & RedSnow Crab Festival dan Yeongdeok Snow CrabFestival.
Pada festival itu, pengunjung tak hanya bisa menikmati dan
membeli kepiting raja yang masih segar, tetapi juga ada penampilan musik dan
acara kebudayaan lainnya.
Hadon
Hadon |
Ikan buntal atau blowfish dalam bahasa Korea
disebut Hadon, sedangkan bahasa Jepang disebut Fugu.
Hidangan Ikan Buntal ini biasanya diolah menjadi sup yang dimasak dengan
dropwort (Oenanthe Javanica), sejenis tanaman yang banyak tumbuh saat musim
semi. Lalu, dibumbui dengan saus minyak dan kedelai, rasanya sangat baik ketika
disiapkan sebelum bunga persik layu. Namun, memang dibutuhkan kemampuan khusus
dalam mengolah Ikan Buntal. Sebab, bahan dasar tersebut jika salah memasak bisa
menjadi racun bagi manusia, jika tidak tahu cara memasaknya.
Tangpyeong-Chae
Tapyeong-chae |
Tapyeong-chae biasa dinikmati di akhir musim semi. Hidangan ini merupakan
masakan istana yang dibuat dari agar-agar yang terbuat dari kacang hijau dan
bermacam-macam bahan yang lain. Masakan ini merupakan sejenis salad dan lebih
sering dihidangkan dalam jamuan makan pada saat istimewa. Terutama, masakan ini
lebih terkenal dengan cerita asal usul namanya. Nama Tangpyeongchae itu berasal
dari sebuah kebijakan kerajaan Joseon yang bernama Tangpyengchaek.
Bahan-bahan Tangpyeongchae yang beraneka warna
itu melambangkan masing-masing kelompok politik, yaitu rumput laut Gim berwarna
hitam melambangkan kelompok dari daerah Utara, sayur hijau melambangkan
kelompok dari timur, agar-agar berwarna putih melambangkan kelompok dari barat,
dan daging sapi berwarna merah melambangkan kelompok dari selatan.
Umumnya hidangan tersebut terdiri dari, jelly
bean green, daging babi, dropwort (Oenanthe Javanica), dan laver kering yang
dibumbui dengan kecap dan cuka. Dengan menikmati Tangpyeong konon dapat menjaga
keseimbangan seseorang.
Hwajeon
Hwajeon / credit : soompi |
Hwajeon adalah
sejenis kue beras yang biasa dijadikan hidangan penutup atau makanan ringan.
Hidangan ini cukup unik karena taburan bunga musim semi di atasnya. Biasanya
hwajeon memang diberi taburan bunga, seperti bunga azalea, bunga mawar, krisan,
sakura, atau bunga pir. Hwajeon selalu muncul saat festival musim semi di Korea
dan biasa dimakan pada saat hwajeon nori, sebuah tradisi yang sudah turun
temurun sejak masa Dinasti Goryeo.
Tradisi menyantap hwajeon disebut “Kkeot Darim”,
yang berlangsung saat hari “Samjinal” yaitu hari ketiga, bulan ketiga kalender
Lunar. Biasanya para wanita pergi tamasya ke gunung dengan membawa alat memasak
hwajeon. Kemudian mereka memetik bunga-bunga musim semi yang tumbuh di sekitar
dan membuat hwajeon. Setelah itu, mereka menyantap hwajeon bersama-sama sambil
menikmati panorama pegunungan di musim semi.
Jadi bagaimana, apakah kuliner Korea di musim
semi ini membuatmu tergoda untuk mencobanya atau hanya bisa membikin air liurmu
menetes??? masitge deuseyo ^^