Daging Sapi dan Bebek yang siap dipanggang di Restoran Namuhyanggi |
MENJELAJAH rasa, memanjakan lidah dan perut di Korea Selatan bukanlah perkara susah. Beragam kuliner terhidang dari lapak kaki lima hingga restoran mewah. Masakan otentik sampai perpaduan pun sangat mudah dijumpai dimana-mana.
Namun, tidak sekadar perut kenyang dan lidah bergoyang untuk menikmati suguhan yang kadang juga membuat lapar mata. Style, gaya hidup atau kebiasaan masyarakat Korea dalam menyantap makanan sangat menarik untuk dipelajari. Khususnya, tentang bagaimana restoran atau rumah makan di Korea menyajikan menu makanan kepada tamu.
Restoran Namuhyanggi tampak depan |
Dari Namuhyanggi (나무향기), restoran di kawasan Gwanghwamun Square Seoul Korea Selatan saya mendapat pengalaman baru, bersantap ala warga Korea. Dalam suasana malam musim dingin, Kim Hyun Hak, warga Seoul kenalan saya mengajak ke restoran yang beralamat di 47, Sejong-daero 23-gil, Jongno-gu itu untuk menemui dan menerima jamuan dari pemilik Namuhyanggi, Yoon Kyung Hoon.
Kami segera memasuki sebuah gedung, tempat restoran itu berada setelah turun dari taksi. Langkah kami bergegas untuk menghindar dari terpaan angin musim dingin dengan suhu -6° Celcius pada malam itu. Dari luar gedung memang tidak tampak ramai, tidak ada deretan mobil yang parkir disana, namun setelah kami masuk, suasana berbeda terlihat. Hampir tidak ada meja dan kursi yang kosong untuk kami tempati, semua terisi oleh tamu yang mayoritas berkewarganegaraan Korea. Hingga akhirnya Mr Kim (begitu saya memanggil Kim Hyun Hak) mendatangi resepsionis dan menyampaikan bahwa kami dapat undangan dari Mr Yoon.
Suasana di dalam restoran |
Kami diantar oleh pramusaji ke meja untuk kapasitas empat orang yang berada di pojok belakang berbatasan dengan ruang VIP yang saat itu full house oleh tamu yang sedang merayakan pesta ulang tahun. Meskipun ramai, kenyamanan tamu saat bersantap disana sangat terjaga, karena setiap meja walau bukan ruang VIP, ada pembatasnya untuk menjaga privasi.
Mr Yoon pun akhirnya datang menyapa kami, "Annyeonghaseyo, selamat datang di Korea. Sudah berapa hari disini," tuturnya menggunakan bahasa Indonesia dengan terbata.
Sedikit cerita, Mr Kim dan Mr Yoon adalah sahabat yang sama-sama pernah tinggal dan bekerja di Indonesia. Mr Kim pernah bekerja di perusahaan mebel di Kalimantan sekitar tahun 1978 dan Mr Yoon pernah bekerja sebagai koki di rumah makan Korea pertama dan tertua di Semarang, Seoul Palace Korean Restaurant. Saya mengenal mereka dari Bu Benita, pemilik rumah makan tersebut. Adapun, Seoul Palace adalah tempat favorit saya menyantap kuliner Negeri Ginseng, karena disana memiliki rasa yang otentik. Mr Kim sangat lancar berbahasa Indonesia, sedangkan Mr Yoon sedikit bisa. Namun, hal tersebut tidak menghalangi kami untuk berkomunikasi malam itu.
Mr Kim Hyun Hak dan Mr Yoon Kyung Hoon |
"Mau makan apa? Suka Korean BBQ? Saya pesankan daging sapi dan bebek ya?" tanya Mr Yoon.
Tanpa menunggu lama pramusaji menyiapkan pesanan kami. Secara bergantian pramusaji melayani, mulai mengeluarkan sejumlah banchan (makanan pendamping/pembuka ala Korea) dan minuman, kemudian seorang pelayan laki-laki datang membawa sebuah wadah berisi potongan kayu yang sudah menjadi bara untuk ditata di panggangan yang menyatu dengan meja kami.
Setelah itu menu utama datang, sepiring besar berisi potongan daging sapi dan bebek yang tampak setengah matang, karena terlihat dari warna daging yang kecoklatan di luar tapi masih merah di bagian dalam. Mr Yoon memindahkan daging-daging itu dari piring ke panggangan. Tak perlu menunggu lama, daging yang matang pun dipindahkan ke piring saya. Sebuah kehormatan bagi saya, mendapat perlakuan seperti itu. Sebab, dari pengetahuan yang saya tahu tentang etika makan ala Korea, orang yang lebih muda tidak boleh mendahului makan sebelum orang yang lebih tua menyantap makanan mereka. Oleh mereka berdua, saya diajari cara menyantap daging panggang itu agar lebih nikmat.
"Untuk daging sapi, cara makannya dicocol dengan garam ini. Namun, rasakan dulu dagingnya sebelum ditambahkan apapun. Kalau daging bebek, celupkan dengan saus manis berwarna coklat kemerahan ini, kemudian dibungkus dengan kimchi dari sawi putih," tutur Mr Yoon.
Daging yang sudah dipanggang dapat disantap dengan banchan kimchi atau salad sayur |
Saya menemukan sensasi berbeda saat menyantap daging dan bebek panggang di restoran Namuhyanggi. Jika biasanya daging untuk Korean BBQ disajikan dalam bentuk mentah yang sudah dibumbui, untuk kemudian dipanggang di plat besi yang panas dan kita bisa menentukan tingkat kematangan sesuai selera kita. Di restoran tersebut berbeda, saya bertanya pada Mr Yoon bagaimana memproses daging dan kenapa ada sensasi rasa seperti diasap tapi sedap saat daging panggang itu menyentuh indera perasa ini?
Kimchi Sawi Putih tanpa campuran pasta atau bubuk cabai untuk membungkus daging bebek |
Lelaki yang sudah puluhan tahun menggeluti bidang kuliner itu tersenyum, lalu menjelaskan. "Itulah, mengapa saya memberi nama restoran ini Namuhyanggi yang artinya, pohon yang wangi. Sebelum daging disajikan untuk dipanggang oleh tamu, ada proses pengasapan di dalam tungku berbentuk cerobong dan menggunakan kayu pohon oak. Bara dari kayu oak membuat pengasapan sempurna dan menghasilkan bau yang harum nan sedap pada daging," jelasnya.
Tungku pengasapan daging |
Selain itu, lanjut dia, garam yang digunakan untuk mencocol daging panggang pun tidak sembarang garam. "Saya langsung ke petani, memilih sendiri dan membeli garam dengan kualitas terbaik. Kemudian, garam saya simpan selama tiga tahun untuk mendapatkan hasil yang pas sebagai pelengkap hidangan disini. Jadi, ketika daging panggang bertemu dengan garam di mulut akan menghasilkan rasa yang manis, bukan asin," imbuhnya.
Mengelola restoran Korea pun tidak semudah yang dibayangkan. Seorang pengusaha kuliner dan koki juga harus memperhatikan banyak hal, termasuk kebiasaan masyarakat, khususnya Korea dalam menikmati makanan.
Mr Yoon menyapa pelanggan yang datang |
"Rumah makan bergaya Korea, tidak akan menjual banyak menu. Terlalu banyak menu, tamu atau pelanggan akan bingung mau makan apa. Cukup spesialisasi satu hingga tiga menu, sehingga ketika tamu datang ke restoran atau rumah makan sudah langsung bisa menentukan mau makan apa," kata Mr Yoon.
Sup Bebek Pedas, salah satu menu lain yang bisa dipesan di Namuhyanggi |
Maka tak heran, ketika saya membaca buku menu Namuhyanggi, hanya ada empat halaman yang berisi menu makanan dan minuman. Spesialisasi makanan disana adalah Korean BBQ yang dengan harga mulai 15.000 Won - 52.000 Won. Sebagai pelengkap ada beberapa menu sup seperti Sup Bebek, Doenjang Jjigae, Bibim Namyeon.
Daging yang sedang dipanggang, rasanya MANTULLL!!! |
Beberapa jam di Namuhyanggi, saya tidak hanya merasakan tubuh saya menjadi hangat setelah menyantap daging panggang meski cuaca dingin, tapi juga sambutan yang hangat dari Mr Yoon dan Mr Kim pada malam terakhir saya di Seoul. Cerita mereka tak bisa terbeli dengan materi, tapi membuat saya semakin kaya karena mendapat pengetahuan, pengalaman, dan saudara baru di Korea. 감사함니다 Mr Yoon dan Mr Kim, 또 뵙겠습니다~
NAMUHYANGGI KOREA RESTAURANT
Alamat : 47, Sejong-daero 23-gil, Jongno-gu, Seoul, Korea Selatan
Jam Operasional : 11.00 - 22.00
Menu : Korean Barbecued