Para tamu undangan hadir dalam jamuan Tok Panjang di pembukaan Pasar Imlek Semawis 2018 di Kawasan Pecinan Semarang |
SUASANA
Kawasan Pecinan Semarang tampak berbeda malam itu. Ruas Jalan Wotgandul Timur
yang biasanya menjadi pusat niaga pada siang dan malam hari berubah menjadi
lebih gemerlap. Stan-stan pameran yang menjajakan kuliner khas peranakan
Semarang hingga minyak pijat ramuan Negeri Tirai Bambu dikerubuti pengunjung.
Kawasan Pecinan Semarang menjelang Tahun Baru Imlek
memang selalu begitu. Suasana serba merah dengan lampion-lampion yang digantung
dimana-mana menambah semarak perayaan. Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi
Semawis) rutin menggelar acara Pasar Imlek Semawis di sepanjang jalan tersebut.
Adapun, Pasar Imlek Semawis sendiri merupakan kegiatan untuk melestarikan dan
mengembangkan warisan budaya pasar, juga untuk merevitalisasi kawasan cagar
budaya Semarang, khususnya kawasan Pecinan.
Saya hadir
disana tidak sekadar mendapat undangan atau sedang melaksanakan penugasan dari
pekerjaan saya. Saya anggap ini sebuah keberuntungan awal dimana shio saya
diprediksi akan ‘berteman baik’ dengan shio Anjing Tanah di tahun ini.
Duduk di
antara para tamu undangan bersama warga pecinan lainnya, saya tidak hanya menyaksikan
Pasar Imlek Semawis yang dibuka langsung oleh Wali Kota Semarang. Akan tetapi,
juga turut dalam perjamuan Tok Panjang.
Tok Panjang
atau ritual makan malam bersama di meja panjang itu sudah
tiga tahun berturut-turut digelar oleh penyelenggara Pasar Imlek Semawis dengan
tujuan untuk menyambung silaturahmi dan mempererat persaudaraan antar berbagai
kalangan mulai pejabat, tokoh masyarakat, pemuka agama, hingga warga biasa.
Penyelenggara menggelar reunion dinner itu karena ingin meluruskan tentang makna dari Imlek
yang selama ini hanya dianggap sebagai momen bagi-bagi angpao. Padahal Imlek
adalah momen bisa berkumpul bersama keluarga besar dan melakukan jamuan makan
malam bersama menjelang tahun baru, seperti halnya yang dilakukan warga
Tionghoa umumnya.
Konsep reunion
dinner itu kemudian diadopsi di Pasar Imlek Semawis melalui perjamuan Tok
Panjang. Sejumlah hidangan Tionghoa peranakan pun disajikan kepada tamu yang
hadir. Setiap menu memiliki makna mendalam dan berisi sebuah pengharapan yang
baik menyambut tahun baru yang akan datang.
Yu Sheng |
Hidangan disajikan seperti umumnya perjamuan ala
Tionghoa. Makanan datang silih berganti sesuai urutan. Ada sekitar enam menu
yang datang ke meja kami malam itu. Pertama dibuka oleh Yu Sheng (Salad Ikan Tahun Baru). Ini kali pertama menu tersebut
disajikan dalam jamuan Tok Panjang di Pasar Imlek Semawis.
Salad Ikan dengan dengan berbagai macam sayuran dan
rempah-rempah ini menjadi hidangan pembuka. Warna-warni dari sepiring Yu Sheng
sudah tampak menggugah selera. Ikan rebus, wortel, lobak, jeruk, bubuk lada, biji
wijen, dan kulit pangsit goreng memenuhi piring berbentuk bulat.
Untuk menikmati para tamu dipersilahkan berdiri.
Delapan orang mengelilingi satu piring Yu Sheng, kemudian diminta menambahkan
perasan jeruk nipis sambil berkata ‘’Ta Ci Ta Li’’ yang artinya semoga
kebersamaan dan ketentraman selalu ada dalam keluarga. Kemudian, minyak wijen
dituang dan mengucapkan ‘’Yu Man Fu Thien’’ artinya kekayaan terus bertambah.
Lalu, tuang gula pasir sambil berkata ‘’Thien Thien Mie Mie’’ dengan harapan
agar kedamaian dan kebahagiaan selalu ada dalam keluarga.
Terakhir tuangkan bubuk lada dan ngohiong sambil
mengucapkan ‘’Fung Thiaw Yi Sun’’ agar selalu diberikan kemudahan dan
kelancaran dalam hidup. Setelah seluruh tamu mencampur Yu Sheng menggunakan
sumpit masing-masing, kemudian salad diangkat sambil mengucapkan ‘’Lo Hey Lo
Hey Lo Kow Fong Sang Sue Hey’’ semoga selalu beruntung di tahun yang baru.
Din Sum |
Seporsi Dim Sum
berisi Pao berwarna merah muda dan Hakau Udang menjadi hidangan selanjutnya
setelah tamu menikmati Yu Sheng. Adonan tepung terigu yang diberi ragi kemudian
dikukus hingga mengembang itu berisi taosa atau kacang merah yang dihaluskan
dan ditambah gula. Pao yang memiliki rasa manis itu dinikmati bersama gurihnya Hakau
Udang. Konon hidangan manis gurih ini mengandung harapan agar setahun ke depan
dijauhkan dari segala kejadian pahit.
Memasuki menu ketiga, para tamu dipersilakan menikmati
Sop Keberuntungan. Semangkuk besar
sup dengan kuah kental berwarna merah kecoklatan ini dimakan bersama-sama. Sop
Keberuntungan merupakan hidangan berkuah yang dimasak dengan bumbu khas
Tionghoa yakni Szechuan, dan memiliki rasa dengan paduan asam, manis, pedas,
dan asin. Adapun, isi dari Sop Keberuntungan di antaranya jamur, tahu, daun
bawang, seledri, cabai merah, dan irisan jahe.
Sop Keberuntungan |
Hidangan Sop pada makan-makan ala Tionghoa ini masih
dalam tahap menu pembuka. Menu utama seperti lauk dan nasi justru disajikan di
akhir rangkaian makan bersama tersebut.
Nah! Akhirnya Nasi
Goreng Jamblang dan Ayam Goreng
Kebahagiaan hadir bersamaan di meja kami sebagai ‘gong’ atau hidangan
puncak. Meski itu makan bersama ala Tionghoa, karena diselenggarakan di
Indonesia tetap saja tamu yang datang menantikan hidangan berbahan nasi.
Nasi Goreng Jamblang |
Nasi Goreng yang dibungkus dengan daun jati itu memiliki
makna mendalam. Maknanya, selain mengangkat salah satu kearifan lokal yang
sudah dilupakan, filosofi dari daun jati ini tentang bagaimana merayakan
kesederhanaan.
Nasi Goreng Jamblang ini terbuat dari nasi putih yang
dicampur biji-bijian seperti kacang hijau, jagung, beras merah (kongbap)
kemudian dimasak dengan bumbu-bumbu seperti minyak wijen dan kecap asin, lalu
dibungkus daun jati sehingga aromanya lebih sedap.
Ayam Goreng Kebahagiaan |
Sedangkan, Ayam Goreng
Kebahagiaan sebagai lauk adalah ayam yang diungkep dengan bumbu-bumbu simpel
seperti garam dan lada kemudian digoreng hingga kecoklatan. Harapan bagi
siapapun yang menyantap menu ini adalah agar setahun ke depan kehidupannya
selalu dilimpahi kebahagiaan.
Kue Pandan Keju |
Sebagai hidangan penutup, tamu yang hadir pun harus menuntaskan jamuan makan Tok Panjang dengan panganan dengan rasa manis atau dessert. Maka, Kue Pandan Keju menjadi pilihan untuk dihidangkan pada malam itu. Kue berwarna hijau dari daun pandan yang wangi itu diatasnya diolesi krim keju yang manis gurih. Sehingga semua harapan yang baik, manis, dan bahagia begitu paripurna dijunjung ke langit dan diserukan ke semesta agar hidup seluruh masyarakat akan lebih baik menjalani kehidupan di Tahun Anjing Tanah.