Kalau hari-hari biasa saya selalu ber-euforia dengan drama seri Korea, baik streaming, download, ataupun nonton di teve kabel. Kebetulan pas malam minggu kemarin, pas hujan, pas ga bisa kemana-mana, pas kehabisan stok film akhirnya saya menjelajah dunia maya mencari film untuk ditonton. Akhirnya ketemulah OSHIN, film yang akan saya jadikan bekal pengantar tidur. OSHIN adalah film daur ulang dari drama seri Jepang yang berjudul sama yang baru saja dirilis Oktober 2013 lalu.
Tentu saja dari judulnya tidak asing bagi mereka yang sudah pernah menyaksikan drama seri ini di TVRI pada tahun 1980-1990. Bagi saya pun juga tidak asing, walau tidak mengikuti dramanya tetapi saya pernah didongengi oleh Simbah dan diceritain sama Mama tentang Oshin. Secara garis besar saya hanya tahu bahwa lakon Oshin adalah perempuan yang gigih dalam memperjuangkan hidup.
Tentu saja dari judulnya tidak asing bagi mereka yang sudah pernah menyaksikan drama seri ini di TVRI pada tahun 1980-1990. Bagi saya pun juga tidak asing, walau tidak mengikuti dramanya tetapi saya pernah didongengi oleh Simbah dan diceritain sama Mama tentang Oshin. Secara garis besar saya hanya tahu bahwa lakon Oshin adalah perempuan yang gigih dalam memperjuangkan hidup.
- Judul Film: Oshin (2013)
- Sutradara: Shin Togashi
- Penulis Cerita: Sugako Hashida, Kota Yamada
- Produser: Kensuke Zushi, Nobuyuki Tanizawa, Arimasa Okada
- Sinematografi: Shuichiro Suzuki
Berlatar belakang era pemerintahan Meiji di Jepang (1907), diceritakan Shin Tanimura atau Oshin (Kokono Hamada, 7 tahun) adalah anak dari pasangan petani Fuji Tanimura (Aya Ueto) dan Sakuzo Tanimura (Goro Inagaki). Kehidupan mereka sangat kekurangan karena memiliki banyak anak (entah Oshin itu anak keberapa), mau beli nasi saja tidak mampu. Akhirnya, sang ayah mengirim Oshin bekerja pada keluarga kaya untuk menghidupi keluarganya.
Ya, pada adegan Oshin dipaksa ke luar rumah dan dinaikkan ke perahu untuk dikirim bekerja aja sudah bikin air mata saya jatuh *cari tisu..mana tisu*. Sebab siapa tega melepas anak usia tujuh tahun untuk bekerja (pada adegan itu ayah Oshin sangat kejam). Ibunya yang menangis mengantar Oshin, lalu Oshin yang juga menangis kencang tidak mau pergi cukup mengaduk perasaan.
Hingga akhirnya gadis kecil dengan muka manis itu bekerja di sebuah keluarga, dia menjadi pengasuh anak dan pembantu rumah tangga yang bekerja mulai pagi hingga malam. Mulai menimba air, menanak asi, bersih-bersih, sampai merawat anak majikannya itu. Parahnya, majikan Oshin itu orang yang jahat, dia diperlakukan kasar bahkan tidak diberi makan yang pantas, hanya sisa nasi. Malapetaka pun datang ketika Oshin dituduh mencuri uang 50 Yen, padahal dia tidak mengambil. Gadis malang itu ditelanjangi, dipukul oleh majikan, dan akhirnya diusir.
Kemudian setelah pergi dari keluarga tersebut, Oshin bertemu dengan Shinsaku (Shinnosuke Mitsushima). Lelaki pengembara yang dipanggil paman itu menyelamatkan Oshin saat pingsan di tengah badai salju. Dari Shinsaku, Oshin belajar membaca dan bermain musik harmonika, gadis itu bahagia hidup dengan paman tersebut. Namun Shinsaku harus mati ditembak tentara Jepang saat hendak mengantar Oshin kembali ke rumah orang tuanya *nangis lagi*.
Saat Oshin kembali ke rumah orang tuanya, Ayahnya malah memarahi. Oshin disuruh pergi lagi dengan alasan keluarganya tidak akan bisa makan kalau dia tidak bekerja (gila tuh bapaknya, edan!). Akhirnya Oshin pergi dari rumah dan bekerja dengan keluarga kaya. Beruntungnya majikan yang baru ini baik hati, menganggap Oshin anak sendiri.
Ya, pada adegan Oshin dipaksa ke luar rumah dan dinaikkan ke perahu untuk dikirim bekerja aja sudah bikin air mata saya jatuh *cari tisu..mana tisu*. Sebab siapa tega melepas anak usia tujuh tahun untuk bekerja (pada adegan itu ayah Oshin sangat kejam). Ibunya yang menangis mengantar Oshin, lalu Oshin yang juga menangis kencang tidak mau pergi cukup mengaduk perasaan.
Hingga akhirnya gadis kecil dengan muka manis itu bekerja di sebuah keluarga, dia menjadi pengasuh anak dan pembantu rumah tangga yang bekerja mulai pagi hingga malam. Mulai menimba air, menanak asi, bersih-bersih, sampai merawat anak majikannya itu. Parahnya, majikan Oshin itu orang yang jahat, dia diperlakukan kasar bahkan tidak diberi makan yang pantas, hanya sisa nasi. Malapetaka pun datang ketika Oshin dituduh mencuri uang 50 Yen, padahal dia tidak mengambil. Gadis malang itu ditelanjangi, dipukul oleh majikan, dan akhirnya diusir.
Kemudian setelah pergi dari keluarga tersebut, Oshin bertemu dengan Shinsaku (Shinnosuke Mitsushima). Lelaki pengembara yang dipanggil paman itu menyelamatkan Oshin saat pingsan di tengah badai salju. Dari Shinsaku, Oshin belajar membaca dan bermain musik harmonika, gadis itu bahagia hidup dengan paman tersebut. Namun Shinsaku harus mati ditembak tentara Jepang saat hendak mengantar Oshin kembali ke rumah orang tuanya *nangis lagi*.
Saat Oshin kembali ke rumah orang tuanya, Ayahnya malah memarahi. Oshin disuruh pergi lagi dengan alasan keluarganya tidak akan bisa makan kalau dia tidak bekerja (gila tuh bapaknya, edan!). Akhirnya Oshin pergi dari rumah dan bekerja dengan keluarga kaya. Beruntungnya majikan yang baru ini baik hati, menganggap Oshin anak sendiri.
Kesan
Dari film yang berdurasi 105 menit itu, bagi saya memang banyak sedihnya daripada bahagianya (untung nonton sendiri, pas nangis ga ada yang tau). Melalui Oshin, kita dapat banyak belajar dan sangat bersyukur. Dari Oshin, saya juga jadi tahu bagaimana bekerja keras dan ikhlas demi kebahagiaan keluarga. Kegigihan gadis kecil yang tetap ingin belajar meski kondisinya terbatas itu juga bisa menjadi pelajaran.
Sayangnya, film ini hanya menceritakan kisah hidup Oshin kecil, berbeda dengan drama serinya yang mengisahkan hingga dia tua dan sukses memiliki toko swalayan. Sehingga saya ingin memberi nilai 9/10 untuk film ini.
Dari film yang berdurasi 105 menit itu, bagi saya memang banyak sedihnya daripada bahagianya (untung nonton sendiri, pas nangis ga ada yang tau). Melalui Oshin, kita dapat banyak belajar dan sangat bersyukur. Dari Oshin, saya juga jadi tahu bagaimana bekerja keras dan ikhlas demi kebahagiaan keluarga. Kegigihan gadis kecil yang tetap ingin belajar meski kondisinya terbatas itu juga bisa menjadi pelajaran.
Sayangnya, film ini hanya menceritakan kisah hidup Oshin kecil, berbeda dengan drama serinya yang mengisahkan hingga dia tua dan sukses memiliki toko swalayan. Sehingga saya ingin memberi nilai 9/10 untuk film ini.
Pesan yang Mak Jleb
- Saat Oshin menangis ketika mengetahui ibunya bekerja sebagai wanita penghibur, Nenek Kuni (majikan Oshin) berpesan ”Oshin, janganlah menangis. Pada akhirnya keadaan akan membaik. Memang hidup ini tidak selalu mudah, kalau kau menangis terus kau akan lelah. Berhentilah menangis”
- Pada akhir cerita, setelah mendapat peninggalan uang dari neneknya yang meninggal Oshin memandangi ibunya yang sedang memasak di dapur. Kemudian dia menghampiri ibunya dan berkata ”Ibu, nanti kalau aku sudah besar, aku ingin menjadi sepertimu” tetapi Sang Ibu menjawab ”Oshin, kau ingin menjadi sepertiku? Kau bahkan bisa lebih hebat lagi. Apapun yang terjadi dalam hidup ini hadapilah dengan tabah,” Oshin kembali menjawab, ”Tentu saja aku akan tabah, aku tidak akan bersedih lagi. Kalau begitu aku akan berusaha, untuk terus berjuang, dan tidak menyerah”.
Fakta
- Pemeran Oshin kecil di drama seri Jepang Ayako Kobayashi juga main di film ini. Dia berperan menjadi majikan Oshin yang baik hati (Mino).
- Pemeran Oshin (Kokono Hamada) ternyata berhasil mengalahkan 2.471 pemain lain yang ikut casting untuk film ini.